peristiwa cikini terjadi pada masa kabinet ...
Pertanyaan
1 Jawaban
-
1. Jawaban diahviolin
Kelas: XII
Mata Pelajaran: Sejarah
Materi: Masa Orde Lama
Kata kunci: Peristiwa Cikini
Jawaban pendek:Peristiwa Cikini terjadi pada masa kabinet Djuanda (menjabat 9 April 1957 hingga 10 Juli 1959)
Jawaban panjang:
Peristiwa Cikini adalah percobaan pembunuhan terhadap Presiden Sukarno oleh anggota dari gerombolan pemberontak Darul Islam/Negara Islam Indonesia (DI/TII).
Peristiwa ini terjadi pada tanggal 30 November 1957, pukul 20.45, di halaman depan gedung Yayasan Perguruan Cikini, Jakarta Pusat. Pada malam itu, Presiden Soekarno sedang berjalan meninggalkan gedung sekolah setelah menghadiri bazar di tempat itu. Bazaar ini dalam rangka perayaan hari ulang tahun ke-15 Perguruan Cikini. Kunjungan Presiden untuk memenuhi undangan Johan Sirie, Direktur Percetakan Gunung Sari, dan Sumadji Muhammad Sulaimani, Kepala Perguruan Cikini, sebagai panitia penyelenggara.
Tiba tiba, enam buah granat dilemparkan ke arah Presiden Sukarno. Lima di antaranya meledak dan menewaskan 10 orang anak sekolah serta mencederai 48 orang, sebagian besar luka parah, tapi Soekarno selamat.
Segera setelah ledakan pertama, ajudan presiden, Letnan Kolonel Sugandhi, segera mendorong Presiden Sukarno untuk melindunginya, hingga menelungkup di lantai kemudian menindihnya agar tidak terkena dari pecahan granat. Setelah ledakan kelima berbunyi, Soekarno segera ditarik menyeberangi jalan di depan gedung Perguruan CIkini, memasuki rumah di depannya. Di rumah itu Soekarno disembunyikan di ruangan belakang dan dialingi sebuah lemari, sampai keadaan dianggap aman.
Beberapa hari kemudian dua orang yang diduga pelaku peledakan ditangkap. Keduanya mengakui bahwa rencana pembunuhan itu atas suruhan DI/TII.
Atas percobaan pembunuhan ini, Jenderal Nasution yang saat itu berunding untuk menghentikan pemberontakan DI/TII akhirnya menghentikan perundingan dan melakukan penumpasan dengan senjata terhadap DI/TII. Pemberontakan ini akhirnya berhasil ditumpas dengan ditangkapnya Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo pada tahun 1962.